Sabtu, 26 Agustus 2017

#SelfReminder

"Bencilah kesalahannya, bukan orangnya." 
Terkadang kesalahan adalah faktor utama yang membuat benci menyelimuti pandangan kita terhadap seseorang, tetapi cobalah berpikir bahwa manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa. Pada buku Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan, Ahmad Rifa'i Rif'an mengatakan bahwa manusia yang bisa disebut dengan insan itu sangat dekat dengan nisyan yang artinya pelupa. Nah, sudah terbukti bukan bahwa setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, atau bahkan sering bersalah. Manusia yang baik, sekalipun manusia yang paling taat agama pun ia pasti melakukan kesalahan. Orang paling baik tidak dilihat dari seberapa sering ia salah dan lupa, tetapi orang paling baik adalah orang yang seberapa sering menyadari kesalahannya lalu meminta maaf dan bertaubat. 

Kita sering sekali membenci seseorang karena ia telah melakukan kesalahan yang teramat fatal. Tanpa melihat sebentar apakah ia sengaja atau tidak. Karena mata dan pikiran kita telah buta oleh kebencian yang secara otomatis dikirimkan oleh iblis. 

Allah saja Maha Pemaaf, mengapa hambaNya tidak? 

Maafkanlah seseorang yang menyakitimu dengan kesalahannya, jangan membencinya. Yakinlah bahwa ia melakukannya tanpa sengaja. Berjanjilah bahwa kita tidak akan berbuat kesalahan yang sama sepertinya. 

Untuk itu, kita harus menjaga perilaku. Berpikir sebelum bertindak. Berpikir sebelum berbicara. Berpikir sebelum melangkah. 

Allah adalah Zat Mahabaik. Ia menciptakan manusia dengan akal, untuk mencerna agar meminimalisir kesalahan dan lupanya. Jadi, gunakanlah akal yang menjadikan kita sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna. 

Maafkan yang menyakitimu, berjanjilah bahwa kita tidak akan melakukan kesalahan yang sama kepada orang lain. Jangan membencinya atau bahkan meninggalkannya, karena sesungguhnya janganlah kita menaruh kemarahan lebih dari 3 hari. 

Sebesar apapun kesalahan itu,  ingatlah bahwa Allah tetap memaafkan seorang hamba yang dosanya hingga setinggi matahari. 

Jika Allah Maha Pemaaf, mengapa engkau Maha Pendendam? 

Sabtu, 22 Oktober 2016

Penyesalan

Kenapa penyesalan itu selalu ada di belakang? Kalau di awal namanya pendaftaran.
Seharusnya kita tidak boleh merasa menyesal, karena semua sudah ditakdirkan oleh Allah. Dan semua yang kita sesali itu ternyata itulah yang terbaik dari Allah untuk kita. Hanya saja terkadang kita terlalu berambisi untuk apa yang kita lakukan hasilnya harus sesuai dengan ekspektasi. Tetapi, realitanya hasil yang kita harapkan tidak memuaskan. 

Penyesalan terbesar saya yang baru saya alami adalah, nilai UTS. Lebay? Mungkin, tapi sejujurnya saya benar - benar menyesal. Berkali - kali kata "coba" saya lontarkan ketika saya melihat barisan nilai - nilai usaha saya. Tetapi, di menit kemudian saya mengubah kata "coba" menjadi "alhamdulillah" meskipun rasanya belum bisa menerima semuanya. Tapi, apakah dengan saya tidak menerima semuanya, maka nilai - nilai saya akan berubah? Tidak juga kan? 

Berkali - kali saya coba ulangi, "Andaikan saya fokus untuk belajar ketika UTS, tidak mengikuti banyak kegiatan yang mengurangi jam belajar saya. Andaikan saya waktu itu fokus membaca buku pelajaran tanpa membuka hp untuk update berita terbaru SHINee dan kawan - kawannya." 

Tetapi, setelah Allah kembali membuka hati saya dan membuka jalan pikiran saya, barulah saya menyadari. Semua yang sudah terjadi, harus diterima, tidak peduli itu menyenangkan atau tidak. Harus ikhlas. Seharusnya kata - kata andaikan itulah yang akan menjadi cambuk untuk nanti agar saya mengubah apa yang telah saya sesali. Menjadikan pelajaran untuk hari kemudian. Mungkin penyesalan kali ini memang tidak bisa saya perbaiki untuk sekarang. Tapi, saya yakin dan saya akan berusaha untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama ketika Ujian semester nanti. 

I will try to fix my value. I will be the best. 

Sabtu, 24 September 2016

Senja dengan Awan Hitamnya



Part 2

Ia kembali meraup garang tanah merah itu, seolah ia sedang mencabik - cabik dirinya sendiri. Seringkali penyesalan yang amat mendalam membuat seseorang begitu membenci dirinya sendiri. Tapi, bukankah penyesalan itu sesuatu yang tidak awam lagi dan seluruh penduduk bumi pun pasti pernah menyesal. Di balik penyesalan pun akan ada rahasia Tuhan yang terbaik, walaupun terkadang kita tidak menyadarinya. 

"Andaikan saja aku tidak membiarkanmu pergi waktu itu, mungkin kau akan tetap bersamaku di alam yang sama. Dan aku tidak akan bercakap - cakapmu lewat khayalanku. Sungguh, membiarkanmu pergi adalah kesalahan terfatal setelah aku tahu bahwa akhirnya seperti ini. Aku layaknya tokoh utama dalam dongeng - dongeng yang sering kuremehkan akan ceritanya yang berlebihan dan terlalu mengada - ada. Tapi, nyatanya dongeng itu sendirilah yang membuktikan bahwa semua itu bisa terjadi dan kini kualami. Mengapa harus kau yang pergi? Tak bisakah orang lain saja." Ucap perempuan itu berbisik dengan gundukan tanah di depannya. Wajahnya dibasahi oleh air mata yang terus mengalir. 

Angin berdesir mengibaskan rambutnya. Kupu - kupu bersayap corak kehitaman dipadu dengan biru laut itu tetap hinggap di atas tangan kanannya, seolah sudah menemukan rumahnya sendiri. Perempuan itu menatap sendu kupu - kupu di tangannya, seolah bertanya siapakah dirimu. 

Pohon di sebelahnya menggugurkan satu helai daun, hinggap di atas kepalanya. Perempuan itu seolah tersadar akan sesuatu, entahlah ia masih menerka - nerka. Daun itu tepat sekali hinggap di bando pita yang dikenakan perempuan itu. Ia kembali menghela napas panjang. 

Suatu cerita yang kini menjadi kenangan itupun terputar kembali dalam pikirannya. 

-Bersambung- 

Sabtu, 06 Agustus 2016

Senja dengan Awan Hitamnya



Senja berkabut hitam menemaninya terpekur di atas gundukan tanah merah yang masih basah. Burung gagak bersenandung lagu seribu misteri yang menegangkan, ah dia tetap tidak peduli dengan rasa takutnya. Orang - orang berpakaian serba hitam itu telah meninggalkannya sejak tiga puluh menit yang lalu. Ia tidak bergeser satu sentimeter pun dari pusara itu. Dipeluknya dengan erat makam yang masih segar itu. Aroma bunga kamboja putih masih tercium segar di hidungnya, menyusuk hingga relung hatinya.

Entahlah, antara penyesalan dan benci yang tidak ada obatnya. Antara rindu yang tidak bisa dijawab dengan temu. Bukan yang tenggelam di pusara itu yang ia benci, melainkan ia membenci dirinya sendiri. Ingin rasanya memaki dengan olokan yang paling hina terhadap dirinya sendiri, apadaya mulutnya sejak tadi beku menggigit bibir menahan tangis. Ia tidak akan menangis. Bukan tidak sedih. Hanya saja ia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi. 

Perlahan kupu - kupu bersayap corak kehitaman dipadu dengan warna biru laut itu hinggap di atas kanan tangannya. Indah sekali. Kupu - kupu yang berbaik hati menemaninya tanpa menyuruhnya pergi meninggalkan pusara. Menemaninya meredakan luka yang dilukiskan di kala senja menghampiri. Mungkin hingga senja yang ke-tiga puluh hari lagi suasananya tetap sama, ia akan tetap memeluk pusara itu, enggan pulang. 

Ia tidak peduli ada hal yang harus ia lakukan dengan tanggung jawab terberat ada di tangan kanannya. Entahlah, tangan kanan itupun kini terbalik meremas tanah merah itu dengan kasar. Memukul apasaja yang ada di dekatnya. Tidak peduli bahwa sekuat apapun ia memukulnya, seseorang itu tidak lagi kembali menjadi seperti semula. 

Seseorang yang diselimut kabut duka juga luka terkadang ia lupa bahwa semuanya adalah Takdir Allah yang wajib dipercayainya dan diterima dengan ikhlas. 

-To be Continued- wait the next story in my blog.

Kamis, 07 Juli 2016

Quotes of Today

Sekiranya rindu bisa kutukar dengan barang, maka intan berlian pun tidak sebanding. Sekaligus karungan emas pun belum cukup. Rinduku memang terus menggema di hati. Tapi, takkan kubiarkan rinduku sampai kepadamu, cukup menjadi rahasia paling indah di hatiku. Rindu sangat berharga bagiku. Mengapa? Karena perasaan tidak pernah ternilai. Perasaan tetap perasaan, rindu tetap rindu, tidak bisa ditukar dengan apapun. Hanya bisa diobati dengan kedamaian hati, juga pemahaman yang luas.
Banyak sekali yang mengaitkan rindu dengan patah hati, patah hati karena rindunya tidak berbalas, ataupun rindunya tidak bisa terobati. Merindukan yang telah pergi, hingga rindunya tidak pernah sampai, diketahui oleh yang dirindukannnya juga tidak. 

Biarlah rindu menetap di hati. Jangan kau usik kerinduan itu dengan mendesak pertemuan. Jangan kau nodai kerinduan itu dengan membiarkan perasaan rindumu tercecer. Biarlah dia tidak mengetahuinya, bahkan jangan sampai ia tahu. 

Jika rindu memang membuatmu patah hati, ikhlaskanlah. Biarkan patah hati menimpamu.  Setidaknya, patah hati menandakan bahwa kita adalah manusia yang memiliki hati dan perasaan. Bukan rerumputan yang tidak berhati dan berperasaan. 

 

Selasa, 28 Juni 2016

Quotes of Today #2



Sebaik - baiknya mencintai adalah melepaskan. Takkan habis perdebatan tentang cinta jika salah satunya tidak melepas, tidak mengalah. Jangan pernah kau katakan bahwa cinta itu harus diabaikan. Satu hal yang kutahu, diabaikan hingga kapanpun itu tetap cinta, tidak berkurang. Jika kau mencintainya, LEPASKANLAH!

Relakan saja semua balasannya, ikhlaskan saja semua perasaan yang terlanjur hingga di hatimu. Ikhtiarkan semua perasaanmu. Tetap lepaskan meski ia tidak pergi. Karena melepaskan berbeda dengan mengabaikan atau meninggalkan.

Satu hal yang kudengar, dengan melepaskan takkan ada hati yang patah, jika kau sungguh - sungguh memahaminya. Toh, kau lepas ia dan berarti kau pun merelakan semuanya.

Takkan ada yang pergi dari hati, tidak akan ada yang hilang dari sebuah kenangan. ~Tere Liye~
Itulah sejatinya melepaskan, merelakan ia tetap ada di hati, pun tersenyum mengingat semua kenangan. Karena melepaskan hanyalah membiarkan semuanya berjalan sesuai takdirNya.

Lepaskanlah. Esok lusa jika ia memang cinta sejatimu, ia akan kembali dengan cara yang mengagumkan. Jika tidak, akan ada ganti yang lebih baik darinya. 

Jumat, 24 Juni 2016

Melepaskan

Seorang wanita duduk menghadap tembok hidup. Wajahnya terhalang secarik kertas tipis yang mulai basah oleh air matanya. Usianya terbilang dewasa, raut wajahnya menyimpan janji kehidupan yang sudah direncanakan. Guratan kantung mata terlukis tegas di bawah matanya. Belum lagi matanya yang mulai meredup karena lelah menangis. 

Tangannya melepaskan secarik kertas tipis itu, membiarkan kertas jatuh tersungkur langsung ke tanah. Tangannya mulai merogoh tas punggung yang digembloknya. Sambil menahan tangis yang tak kunjung mereda, ia pun mengambil sesuatu dari dalam tasnya dengan gemetaran. Entah benda apa namanya, pun siapa pula yang memberinya. Tapi, satu hal yang kulihat, benda itulah sumber isak tangisnya. 

Perlahan benda yang tak kutahu itu mulai dikeluarkan. 

Ah, cantik sekali benda itu, meskipun aku belum tahu namanya. Ingin sekali menanyakannya, tapi itu hanyalah membuatnya terganggu dalam kesedihannya. Hingga aku pun mendiamkannya dengan harap ia mau berbagi sedikit tentang benda yang digenggamnya. Tapi, itu hanyalah keajaiban jika ia benar - benar mau bercerita dengan laki - laki yang belum dikenalnya. 

Ia menggenggam lebih erat benda di tangannya. Aku pun tidak bisa terus - menerus mengabaikannya, rasa penasaran ini terus bergejolak dalam diriku. 

Ia menoleh ke arahku yang sedang menatap prihatin dirinya. Mendadak aku gelagapan karena malu. 

"Mengapa kau sejak tadi memperhatikanku?"tanya wanita itu.
"Eh, maaf aku hanya ingin tahu mengapa kau sejak tadi menangis. Tapi, saat ini aku sudah tau penyebabnya. Benda cantik itu yang tidak kutahu namanya, bukan?"jawabku gugup. 
"Ini sebuah liontin huruf A yang memiliki seribu arti di baliknya. Pemberian seseorang yang pernah melukiskan goresan indah di hidupku, juga menggurat luka di hatiku. Ah, semuanya hanyalah masalah sepele tapi mampu membuatku terisak seperti ini."ucap wanita itu sambil terisak lagi
"Jika kau mau berbagi kisahmu, ceritakanlah kepadaku meskipun kita tidak saling mengenal. Mungkin, boleh jadi jika kau menceritakannya maka tangis itu akan mereda sedikit"pintaku. Ia pun mengangguk.

Benda yang disebutnya liontin itu diberikan kepadaku, gelagapan aku menerimanya. Liontin itu dingin sekali, entah karena terbuat dari material yang dingin atau apa, yang jelas liontin itu dingin sedingin - dinginnya. 

"Cobalah kau balik lingkaran yang bertuliskan huruf A itu"pintanya. Aku pun membalik liontin itu. Dan hei, seperti ada goresan karat namun bermotif indah, tapi aku pun tidak tahu apa itu. 

"Itu bukanlah lukisan karat. Liontin itu sepasang dengan seseorang yang memberinya kepadaku. Guratan yang kau kira karat itu sangat berarti sekali. Meskipun tidak hanya aku yang diberinya liontin itu, ada enam orang lagi yang diberinya liontin huruf itu. Tapi, guratan yang kau sebut karat itu hanyalah ada di liontin milikku dengan liontin seseorang itu."jelasnya sambil membasuh air matanya dengan kertas tipis yang baru. 

"Lalu, yang kau sebut seribu arti itu apa?"tanyaku bingung

"Guratan karat itu sebenarnya sudah ada sejak ia memberikannya kepadaku. Tapi, aku baru mengetahuinya semalam, saat semua potongan teka - teki kenangan masa laluku terungkap. Liontin itu selalu indah, dibalik liontin itu ada guratan hati yang hanya separuh, yang jika liontin seseorang itu dijejerkan dengan liontinku maka akan membentuk potongan hati yang utuh."jelasnya

Aku pun menatapnya tercengang. Pantas saja ia menangis. 

"Ia mencintaiku. Menitipkan setengah potongan hatinya kepadaku, yang juga menitipkan perasaan cinta yang sangat indah untukku. Tapi, aku baru mengetahuinya ketika ia pergi. Liontin itu ia yang merangkai dan membuatnya sendiri, guratan setengah hati itu pun ia yang melukiskannya, berharap suatu saat nanti aku dengannya bisa bersatu. Tapi, ia tak pernah mau mengakui semua itu, hingga ia pun sudah bersama perempuan lain, yang tidak dicintainya."jelasnya, tangisnya pun masih terus mengalir. 

"Sudahlah, aku mengerti semuanya, aku jauh lebih mengerti. Sudah cukup kau ceritakan sampai disini, aku tidak tega melihatmu yang terus menangis. Aku tahu, seseorang yang memberimu liontin itu tidak pernah mau jujur, hingga ialah yang terjebak sendiri dalam kebohongan atas perasaannya. Aku tahu semuanya, karena aku pun mengalaminya, aku mengalami semua dampak dari kebohongan atas perasaanku."ucapku, malam ini terlalu sesak kulewati. Setelah aku tahu bahwa ini pun beda tipis dengan kisah hidupku. Wanita yang terisak ini pun pasti keadaannya sama dengan seseorang yang ada di hatiku. 

"Lepaskanlah seseorang itu, kau tidak perlu melanjutkan ceritamu, aku tahu semua kelanjutannya. Karena, ada wanita yang sama sepertimu, dia masa laluku. Kau hanya perlu melepaskannya, jangan pernah berniat melupakannya. Kau hanya perlu merelakannya, bukan mengejarnya lagi dengan membawa potongan teka - teki itu. Maaf, aku hanya ingin berdamai dengan masa laluku. Tak ingin aku melukiskannya kembali, memutar pahitnya hidup seperti yang kau alami. Karena sudah cukup semuanya. Aku harus pergi"jawabku. 

Ah, rencana apalagi ini. Aku memilih pergi saja, membiarkan wanita itu dengan kesedihan yang mendalam. Karena aku tahu, sekalipun aku beri seribu saran kepadanya, ia tetap mengelak dan tetap berniat mengubah takdir. Karena, orang yang sedang memendam perasaan ia akan terus mengaitkan segala hal untuk membenarkan perasaannya. Sekalipun semuanya memang benar, tapi takdir takkan bisa diubah dengan sendiri tanpa kehendak Allah. Bahkan, jika wanita itu mengadukan semua potongan teka - teki yang telah terungkap kepada seseorang itu pun tak akan mereka bersama lagi. 

Lepaskanlah. Boleh jadi akan ada takdir yang indah jika kau mengikhlaskannya. Sekalipun kau tidak bersamanya, akan ada ganti yang jauh lebih baik.