"Bencilah kesalahannya, bukan orangnya."
Terkadang kesalahan adalah faktor utama yang membuat benci menyelimuti pandangan kita terhadap seseorang, tetapi cobalah berpikir bahwa manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa. Pada buku Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan, Ahmad Rifa'i Rif'an mengatakan bahwa manusia yang bisa disebut dengan insan itu sangat dekat dengan nisyan yang artinya pelupa. Nah, sudah terbukti bukan bahwa setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, atau bahkan sering bersalah. Manusia yang baik, sekalipun manusia yang paling taat agama pun ia pasti melakukan kesalahan. Orang paling baik tidak dilihat dari seberapa sering ia salah dan lupa, tetapi orang paling baik adalah orang yang seberapa sering menyadari kesalahannya lalu meminta maaf dan bertaubat.
Kita sering sekali membenci seseorang karena ia telah melakukan kesalahan yang teramat fatal. Tanpa melihat sebentar apakah ia sengaja atau tidak. Karena mata dan pikiran kita telah buta oleh kebencian yang secara otomatis dikirimkan oleh iblis.
Allah saja Maha Pemaaf, mengapa hambaNya tidak?
Maafkanlah seseorang yang menyakitimu dengan kesalahannya, jangan membencinya. Yakinlah bahwa ia melakukannya tanpa sengaja. Berjanjilah bahwa kita tidak akan berbuat kesalahan yang sama sepertinya.
Untuk itu, kita harus menjaga perilaku. Berpikir sebelum bertindak. Berpikir sebelum berbicara. Berpikir sebelum melangkah.
Allah adalah Zat Mahabaik. Ia menciptakan manusia dengan akal, untuk mencerna agar meminimalisir kesalahan dan lupanya. Jadi, gunakanlah akal yang menjadikan kita sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna.
Maafkan yang menyakitimu, berjanjilah bahwa kita tidak akan melakukan kesalahan yang sama kepada orang lain. Jangan membencinya atau bahkan meninggalkannya, karena sesungguhnya janganlah kita menaruh kemarahan lebih dari 3 hari.
Sebesar apapun kesalahan itu, ingatlah bahwa Allah tetap memaafkan seorang hamba yang dosanya hingga setinggi matahari.
Jika Allah Maha Pemaaf, mengapa engkau Maha Pendendam?